Tuesday, February 21, 2012

Asal Mula Jerat

Cerita rakyat dari Kepulauan Mentawai

Pada suatu hari seorang pemuda berburu di hutan. Hari itu dia sudah berjalan jauh, tetapi tidak seekor pun buruan yang didapatnya.

Sampai di suatu tempat, dia melihat seekor rusa. Diambilnya anak panah dan dibidikkan ke rusa itu. Anak panah dilepas dari busur dan melesat mengenai tubuh rusa. Tetapi rusa itu tidak mati, malah lari menjauh.

Pemuda tersebut mengejar dengan mengikuti jejak rusa tersebut. Sampai jauh dia mengikuti jejak rusa, tetapi rusa tersebut tidak ketemu. Karena kelelahan, si pemuda istirahat di pangkal batang enau.

”Hai sobat, apa yang kau cari?” terdengar sebuah suara.

Si pemuda mencari sumber suara itu. Dilihatnya di sekeliling hanya hutan dan belukar. Suara itu terdengar lagi. Si Pemuda kaget, ternyata suara itu berasal dari pohon enau tempat dia beristirahat. Dia pun menjawab pertanyaan pohon enau.

”Saya sedang mengikuti jejak rusa yang saya panah”, jawab si pemuda.

“Hai sobat, tak usah lah kamu cari. Rusa itu tidak mati. Ambillah ijukku, lalu kamu cuci. Jalinlah dan gunakanlah sebagai jerat penangkap rusa”, Kata pohon enau.

”Bagaimana caranya?” tanya si pemuda

”Aku akan tunjukkan cara membuat jerat serta pantangnya,” kata pohon enau

Pemuda itu melakukan apa yang diajarkan pohon enau. Berjam-jam lamanya dia menjalin ijuk dari pohon enau yang telah dibersihkannya. Setelah jerat itu selesai, si pemuda memasangnya di tempat yang biasa dilalui rusa. Si pemuda kembali lagi ke rumahnya dan menunggu rusa terperangkap dalam jerat yang baru dipasangnya.

Beberapa hari kemudian seekor rusa melintas ditempat si pemuda memasang jerat. Rusa heran melihat mahluk aneh yang belum pernah dilihatnya di daerah tersebut. Walau setiap saat dia melintasi daerah itu.

“Hai sobat, sedang apa sobat disini?,” kata rusa kepada jerat,

”Saya tinggal disini, sobat”, jawab jerat

Rusa tidak suka ada mahluk aneh di sekitar tempat dia mencari makan dan bermain. Diusirnya jerat tersebut. Tetapi jerat tidak mau pergi. Rusa marah dan mengancam jerat.

” kalau begitu ayo berkelahi. Siapa yang kalah harus meninggalkan daerah ini”, tantang rusa.

”Sekali lagi maaf kawan, saya tidak kuat berkelahi, sedangkan kamu mampu melewati beberapa bukit, lembah, rawa dan sungai sedangkan saya hanya disini saja coba lihat punggung saya ini sedang sakit”, jawab jerat.

”Jangan banyak alasan, ayo kita berkelahi,” desak rusa.

”Kalau begitu ulurkan tanganmu,” ujar jerat dengan lembut.

Lalu rusa memberikan tangannya dan jerat langsung menangkap tangan rusa tersebut dan menjepitnya erat erat.

”Lepaskan tanganku…..! lepaskan tanganku….!”, teriak rusa

”Kawanku rusa, walaupun punggungku sakit, kamu tidak akan ku lepas. Kalau bilou sudah berbunyi, berarti ibu saya sudah bangun untuk mempersiapkan ransum bapak saya. Kalau burung sri gunting gunung berkicau, bertanda bapak saya akan datang”, ujar jerat pada rusa.

Rusa sadar dia sudah terperangkap. Tapi tidak ada guna menyesalinya. Dia tidak bisa lepas dari ikatan kuat jerat yang dipasang si pemuda. Kini rusa hanya bisa pasrah menunggu si pemuda, yang di sebut “Bapak” oleh jerat.

Satu malam sudah berlalu dan fajar pun merekah di langit. Rusa masih terikat oleh jerat. Tidak lama kemudian terdengar suara bilou bersahutan. Para perempuan di kampung sudah sibuk memasak dan menyiapkan bekal suami dan anak lelaki mereka yang berangkat ke ladang atau ke hutan.

Beberapa lama kemudian rusa mendengar kicauan burung sri gunting gunung. Dia tahu bahwa si pemasang jerat sudah berada di hutan. Sesampai si pemuda di tempat dia memasang jerat, hatinya bersorak melihat seekor rusa sudah terperangkap. Dia berjanji akan mematuhi segala pantangan memasang jerat seperti yang sudah diajarkan pohon enau.
Ini adalah kisah tentang bagaimana terjadinya jerat, mentawai beserta pantangnya. Dalam cerita ini mengandung makna bahwa manusia (masyarakat) mentawai begitu dekat dengan alam, ada hubungan baik dan saling menghormati antar sesama makhluk hidup dengan menjaga keutuhan ekosistem. 


Sumber :
http://aldest.multiply.com/journal?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © Indonesia Folk Tales Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger