Cerita Rakyat dari Kepulauan Mentawai
Mentawai Scops Owl, dalam bahasa latin di sebut Otus mentawi, dikenal dengan nama burung hantu mentawai adalah burung hantu endemik dari Pulau Mentawai |
Di hutan Bat Kokok, pemukiman pertama orang-orang Katurei, Hiduplah dua ekor burung di pohon beringin. Salah satu Si Kemut, burung hantu, yang satu lagi bernama Si Turugou’gou’, burung ruak-ruak.
Kedua burung ini biasa bertengger di dahan pohon Beringin yang bernama Si Sokut. Kedua burung ini mempunyai perbedaan baik bentuk badan maupun cara dan waktunya mencari makan. Si Turugou’gou’ ‘ mencari makan di siang hari, tetapi Si Kemut mencari makan malam hari.
Pada suatu sore, ketika Si Turugou’gou baru pulang mencari makan, dilihatnya Si Kemut sedang tidur dengan nyenyak. Sambil memanggut-manggut Si Turugou’gou’ bernyanyi mengejek
Si Kemut...Kemut si mata cekung
Ada orang pura-pura menari
Ada orang tidur siang bolong
Kalau malam keluyuran
Dasar memang burung hantu
Si Turugou’gou’ cepat-cepat terbang ke pohon lain setelah mengejek Si Kemut. Si Kemut kesal dengan ejekan itu. Dilemparnya ranting pohon ke arah Si Turugou’gou’, tetapi tidak kena. Si Kemut bertambah kesal. Walau begitu dia tidak mengejar Si Tutugou’gou’. Setelah menggeser sedikit tempat bertenggernya, Si Kemut melanjutkan tidur di sore itu.
Kini malam telah tiba. Si Turugou’gou’ sudah tidur dan Si Kemut pergi mencari makan. Memang demikianlah hidup burung hantu. Mereka tidur siang hari dan mencari makan di malam hari. Di waktu malam lah burung hantu biasanya berburu tikus dan binatang malam lainnya.
Saat fajar hampir merekah dan suara monyet di hutan sudah berbunyi, Si Kemut pulang. Dilihatnya Si Turugou’gou’ sedang tidur lelap. Si Kemut berpikir, inilah kesempatan untuk balas dendam. Maka dia pun bernyanyi.
Turugou’gou’ si ruak
Si betis kurus ada orang dia lari
Si Ruak-ruak sok pandai menari
Kakinya kotor sekali
Ejekan Kemut membangunkan si Turugou’gou’. Dia marah sekali pada Si Kemut. Sambil mengantuk Si Turugou’gou’ menyanyikan lagu ejekan Si Kemut. Si Kemut pun membalas menyanyikan ejekan. Mereka terus saling mengejek, hingga burung-burung lain yang tinggal di dahan dan ranting Si Sokut menjadi terganggu.
Akhirnya Si Kemut dan Si Turugou’gou’ bertengkar. Mereka ribut sekali. Burung-burung yang tinggal di pohon lain juga terganggu. Melihat kedua burung bertengkar sambil menuding dan menepuk dada, Si Sokut yang tadinya diam kini angkat bicara.
“Jangan bertengkar wahai sahabat-sahabatku. Jangan membeda-bedakan apalagi menghina kawan”, Si Sokut menasehati Si Kemut dan Si Turugou’gou’.
Mendengar Nasehat Si Sokut kedua burung yang hampir berkelahi kini berhenti dan saling minta maaf. Maka kedua burung itu, Si Kemut dan Si Turugo’gou’ kembali hidup tentram dan damai bersama Si Sokut, si pohon beringin. Walaupun berlainan jalan hidupnya.
Dongeng ini biasa dibawakan oleh orang tua untuk mengantar tidur anak-anaknya. Konon menurut cerita orang tua dulu, burung hantu dan ruak-ruak pandai menari. Nenek moyang orang mentawai meniru gerakannya. Turuk biasanya menirukan gerakan-gerakan hewan. Itulah yang dinamakan uliat. Makanya dalam gerakan turuk ada Uliat Kemut dan Uliat Turugou’gou’.Sumber :
http://aldest.multiply.com/journal?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
0 comments:
Post a Comment