Ker dan adik-adiknya bersyukur telah luput dari wanita berkaki sabit. Hal itu berarti perjalanan mereka masih berlanjut ke muara sungai. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sorak sorai suara wanita, mereka sedang berlomba mendayung ke arah batang kayu yang ditumpangi oleh Ker dan adik-adinya. Rupanya wanita-wanita itu mempunyai tujuan yang sama dengan rombongan janicepes sebelumnya. Mereka berusaha menyeret batang kayu itu ke tepi sungai untuk dijadikan kayu bakar.
Ker dan adik-adiknya mengintip dari lubang batang kayu, dilihatnya wanita-wanita itu mempunyai cacat yang sama dengan para jenicepes sebelumnya. Mereka sama-sama mempunyai kaki yang berbentuk sabit. Ker dan adik-adiknya mempergunakan muslihat yang sama untuk mengusir para wanita-wanita itu. mereka memperdengarkan suara lebah, wanita-wanita itu segera menyingkir.
Ker dan adik-adiknya selamat untuk kedua kalinya. Mereka masih sempat menikmati pelayaran ke suatu tempat yang meereka belum ketahui. Beberapa hari kemudian mereka pun mencapai muara sungai.mereka begitu mengagumi keindahan pantai, mereka mengagumi lautan yang luas, mereka terpasona oleh ombak yang bergulung-gulung dan pecah di atas pasir.
“Perahu’ mereka telah tiba di muara sungai yang tenang, air tidak mengalir lagi, muara sungai itu sangat lebar. Mereka belum dapat memutuskan ke tempat mana mereka akan turun. Mereka tetap tinggal diatas perahu itu selama beberapa hari. Mereka menikmati keindahan pagi dan senja di muara sungai itu. tak terasa matahari mulai menyengat kulit. Mereka berusaha agar batang kayu yang mereka tumpangi dapat menepi. Mereka ingin mencari makanan pengisi perut yang mulai terasa lapar. Batang kayu itu berhasil di bawa ke tepi sungai. Ker dan adik-adiknya lalu berlompatan ke darat. Kemudian mereka menuju pantai, mereka mencari kepiting dan bia(kerang dan siput) untuk dimakan. Mereka menemukan kepiting dan bia yang banyak di pantai.
Sesudah makan mereka beristirahat sambil melonjorkan badan masing-masing. Rupanya selama beberapa hari mengarungi sungai meereka hanya duduk saja di atas batang kayu yang mereka tumpangi. Mereka beristirahat sambil menikmati hembusan angin laut.
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh riuh sekelompok wanita. Ker dan adik-adiknya menoleh kearah datangnya suara itu. terlihat beberapa orang wanita sedang mengayuh lepah-lepah ke arah batang kayu mereka. Mereka mengintip tingkah laku wanita-wanita itu. perbuatan Ker dan adik-adiknya tidak diketahiu oleh para wanita itu.
Para wanita muda itu dalam bahasa Asmat disebut tarcepes. Mereka mendayung terus ke arah batang kayu itu kemudian menariknya. Mereka gembira sekali karena kayu itu ternyata baik sekali untuk dijadikan kayu bakar. Ranting-rantingnya mulai dipotong, lalu cabang-cabang yang agak besar. Ayunan kapak dan parang para wanita itu membuat semua batang kayu bergetar. Tapi Ker dan adik-adiknya tidak merasa gentar. Kemudian ia mengintip dari dari lubang kayu, lalu menggamit adik-adiknya untuk turut mengintip wanita-wanita itu.
Para wanita yang datang itu tidak seperti para wanita yang mereka jumpai sebelumnya. Mereka tidak mempunyai cacat di tubuhnya dan sangat cantik sehingga menarik hati Ker dan adik-adiknya. Setelah memotong ranting kayu para wanita itu beristirahat untuk makan. Setelah makan tercepes yang paling tua menyuruh adik-adiknya peregi ke dusun sagu. Mereka disuruh mencari ulat sebagai lauk untuk makan sore nanti. Setelah adik-adiknya masuk ke dusun sagu tinggallah tercepes yang sulung
Sendirian. Setelah beristirahat ia mulai membelah kayu bakar. Dengan rajinnya ia membelah dan mengerat-erat batang kayu itu. tiada beberapa lama, ia telah sampai pada lubang kayu untuk mengerat pada bagian itu.
Ketika akan mengayunkan kapanya tercepes sulung itu terkejut, dari dalam lubang kayu itu muncul kepala manusia, hampir saja kapaknya mengenai kepala itu. dengan terkejut ia memperhatikan kepala manusia yang telah muncul seluruhnya itu. lalu bertanya. “ siapa gerangan ini hai manusia? Rupamu sangat begitu aneh.”
Kebetulan kepala yang dilihat tercepes itu adalah kepala Ker. Dengan senyum Ker menjawab pertanyaan tercepes itu. “ saya adalah tamu saudara, lebih baik kamu memperkenalkan diri lebih dulu, sebelum saya memperkenalkan diri.”
Lalu si wanita tercepes itu memperkenalkan dirinya. ‘ saya adalah Tar, saya mempunyai beberapa orang adik. Mereka sedang mencari ulat sagu ke dusun sagu sana. Kami membelah kayu untuk dijadikan kayu bakar.”Ker pun mulai tau kalau wanita-wanita itu adalah kakak beradik.
Oh kalau begitu kamu tidakm sendirian. Berapa jumlah adik-adikmu? tanya Ker, seakan-akan tidak tau. “ kami semua ada enam orang, saya yang paling tua, adik-adik saya bernama Tarop, Bini, Moti, Naku, dan Babot.” Jelas Tar si tercepes sulung. Nama kalian bagus-bagus sama dengan wajah kalian. Kata Ker sambil tersenyum penuh arti.
Ketika Tar melihat Ker memandanginya terus menerus ia berkata. “ jangan melihat saya seperti itu, sekarang katakana siapa namamu dan cepat keluar dari tempat itu. adik-adik Ker yang dari tadi mendengar pembicaraan mereka saling berdesakan. Mereka ingin melihat wajah Tar lebih jelas. Kerena tingkah laku mereka demikian maka Ker terdorong keluar. Beberapa wajah mereka terlihat oleh Tar. Alangkah terkejutnya dia ketika dia tau bahwa Ker tidak sendirian. Melihat Tar agak bingung Ker berusaha menenangkannya dengan berkata.
“Sekarang kamu tau kalau saya tidak sendirian, nama saya Ker dan itu adalah adik-adik ku.” Wajah Tar kembali berubah jadi cerah ketika ia tau bahwa adik Ker semuanya laki-laki. Kemudian ia memohon agar Ker dan adik-adiknya keluar dari lubang kayu ia akan kembali melanjutkan membelah batang kayu itu. alangkah girangnya hati Tar. Ia akan mengajak Ker dan adik-adik nya kerumahnya. Ia akan membuat kejutan pada adik-adiknya , demikian juga pada orang-orang sekampungnya. Sepanjang sejarah di kampung mereka belum pernah ada laki-laki perjaka menjadi suami seorang gadis.
Maka Ker dan adik-adiknya yang juga telah tertarik pada Tar dan adik-adiknya pergi bersama ke kampung Tar. Rupanya seorang adik Ker tertinggal karena tertidur. Mereka hanya berjumlah lima orang. Setibanya di rumah Tar menyembunyikan ke lima laki-laki itu di dalam gulungan tikar masing-masing adiknya. Ia membagi kelima laki-laki itu. sesuai dengan umur yang berurutan.
Hari telah petang ketikan adik-adik Tar tiba di rumah. Mereka telah kembali dari hutan sagu dengan membawa ulat sagu yang telah di kumpulkan. Juga masing-masing dari mereka membawa seikat kayu yang ditinggalkan Tar di tempat membelah kayu tadi. Setiba di rumah mereka sangat lelah. Setelah meletakkan bebannya yang terdiri dari sebungkus ulat sagu dan seikat kayu di pinggir perapian, mereka lalu pergi ketempat masing-masing untuk beristirahat. Ketika tikar mereka di buka untuk digelar, maka para tercepes itu terperanjat. Dari dalam gulungan tikar itu muncul laki-laki, mula-mula para tercepes itu ketakutan dan bingung, tapi setelah mendapat penjelasan dari Tar, maka mereka sangat gembira. Kecuali adik yang bungsu, ia merasa kecewa dan iri hati. Tercepes bungsu itu menangis terisak-isak ia sangat merasa terhina dalam keluarga itu. padahal kenyataannya dialah yang paling cantik.
Semalam suntuk tercepes bungsu yang bernama Babot itu tidak dapat memejamkan mata. Ia berharap agar malam itu cepat bertukar siang, ia ingin pergi cepat dari rumah itu. keesokan hari ketika matahari mulai turun menerangi bumi, ia telah bangun, ia bersiap-siap mengambil kapaknya lalu pergi mencari kesibukan untuk menghilangkan rasa kecewa dan kesedihannya. Kayu bakar belum terangkut semua. batang kayu pun belum terbelah seluruhnya. Bobot lalu ke tepi sungai ia pun tiba di batang kayu itu.
Kemudian ia mulai membelah batang kayu itu. suara kapaknya menggema di pagi buta. Bunyi kapak serta getaran kayu yang dibelah Babot telah membangunkan seorang adik Ker yang tertidur di situ sejak kemarin. Ketika Beiribit membuka matanya ia tidaka melihat siapapun, mula-mula ia berfikir bahwa kakak-kakaknya akan menganiayanya.
Beberapa saat ia berusaha menerka keman gerangan kakak-kakaknya pergi. Perlahan-lahan ia bangkit, lalu mengintip dari lubang batang kayu. Ia melihat seorang perempuna sedang memotong dan membelah batang kayu. Lalu ia memberanikan diri keluar dari lubang batang kayu itu dan bertanya dengan sopan nya pada Babot.
“ hai, perempuan mengapa sepagi ini kau membelah kayu?suara kapak mu telah membangunkan aku dari tidur ku.
Beberapa saat Babot terkejut. Ia heran melihat Beirbit yang berdiri di hadapnnya. Ia berfikir, dari mana gerangan orang ini datang? Tanpa disadarinya lelaki itu telah berdiri dihadapannya. Melihat Babot agak terkejut dan bingung, Beirbit kemudian berkata lagi. “Mari saya tolong membelah kayu itu.”
Setelah mendengar Beirbit berkata demikian, barulah Babot merasa tenang. Ia sangat gembira Beirbit adalah seorang lelaki yang sejak kemarin didambakannya. Tercepes bungsu itu mulai tersenyum, ia lalu menceritakan tentang kakak-kakaknya yang sangat beruntung. Mereka mendapat teman hidup dan akan tinggal terus menjadi suami istri. Kemudian ia memohon agar Beirbit mau mengikuti dia pulang ke rumah. Lalu pemuda itu membantunya membawa pulang kayu bakar.
Setibanya mereka di rumah kakak-kakak Babot dan kakak-kakak Beirbit sangat tercengang. Mereka melihat keduanya datang beriringan, mereka kagum melihat pasangan muda-mudi yang serasi itu. Babot lebih cantik dari kakak-kakaknya begitu pula dengan Beirbit yang lebih tanpan dari kakak-kakak nya. Akhirnya Ker dan saudara-saudaranya dapat hidup bersama. Mereka memperistrikan wanita-wanita yang juga bersaudara, mereka hidup bahagia selama bertahun-tahun dan memperoleh keturunan dari hasil perkawinanan itu. (Bersambung)
Sumber :
http://tabloidjubi.wordpress.com
Ker dan adik-adiknya mengintip dari lubang batang kayu, dilihatnya wanita-wanita itu mempunyai cacat yang sama dengan para jenicepes sebelumnya. Mereka sama-sama mempunyai kaki yang berbentuk sabit. Ker dan adik-adiknya mempergunakan muslihat yang sama untuk mengusir para wanita-wanita itu. mereka memperdengarkan suara lebah, wanita-wanita itu segera menyingkir.
Ker dan adik-adiknya selamat untuk kedua kalinya. Mereka masih sempat menikmati pelayaran ke suatu tempat yang meereka belum ketahui. Beberapa hari kemudian mereka pun mencapai muara sungai.mereka begitu mengagumi keindahan pantai, mereka mengagumi lautan yang luas, mereka terpasona oleh ombak yang bergulung-gulung dan pecah di atas pasir.
“Perahu’ mereka telah tiba di muara sungai yang tenang, air tidak mengalir lagi, muara sungai itu sangat lebar. Mereka belum dapat memutuskan ke tempat mana mereka akan turun. Mereka tetap tinggal diatas perahu itu selama beberapa hari. Mereka menikmati keindahan pagi dan senja di muara sungai itu. tak terasa matahari mulai menyengat kulit. Mereka berusaha agar batang kayu yang mereka tumpangi dapat menepi. Mereka ingin mencari makanan pengisi perut yang mulai terasa lapar. Batang kayu itu berhasil di bawa ke tepi sungai. Ker dan adik-adiknya lalu berlompatan ke darat. Kemudian mereka menuju pantai, mereka mencari kepiting dan bia(kerang dan siput) untuk dimakan. Mereka menemukan kepiting dan bia yang banyak di pantai.
Sesudah makan mereka beristirahat sambil melonjorkan badan masing-masing. Rupanya selama beberapa hari mengarungi sungai meereka hanya duduk saja di atas batang kayu yang mereka tumpangi. Mereka beristirahat sambil menikmati hembusan angin laut.
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh riuh sekelompok wanita. Ker dan adik-adiknya menoleh kearah datangnya suara itu. terlihat beberapa orang wanita sedang mengayuh lepah-lepah ke arah batang kayu mereka. Mereka mengintip tingkah laku wanita-wanita itu. perbuatan Ker dan adik-adiknya tidak diketahiu oleh para wanita itu.
Para wanita muda itu dalam bahasa Asmat disebut tarcepes. Mereka mendayung terus ke arah batang kayu itu kemudian menariknya. Mereka gembira sekali karena kayu itu ternyata baik sekali untuk dijadikan kayu bakar. Ranting-rantingnya mulai dipotong, lalu cabang-cabang yang agak besar. Ayunan kapak dan parang para wanita itu membuat semua batang kayu bergetar. Tapi Ker dan adik-adiknya tidak merasa gentar. Kemudian ia mengintip dari dari lubang kayu, lalu menggamit adik-adiknya untuk turut mengintip wanita-wanita itu.
Para wanita yang datang itu tidak seperti para wanita yang mereka jumpai sebelumnya. Mereka tidak mempunyai cacat di tubuhnya dan sangat cantik sehingga menarik hati Ker dan adik-adiknya. Setelah memotong ranting kayu para wanita itu beristirahat untuk makan. Setelah makan tercepes yang paling tua menyuruh adik-adiknya peregi ke dusun sagu. Mereka disuruh mencari ulat sebagai lauk untuk makan sore nanti. Setelah adik-adiknya masuk ke dusun sagu tinggallah tercepes yang sulung
Sendirian. Setelah beristirahat ia mulai membelah kayu bakar. Dengan rajinnya ia membelah dan mengerat-erat batang kayu itu. tiada beberapa lama, ia telah sampai pada lubang kayu untuk mengerat pada bagian itu.
Ketika akan mengayunkan kapanya tercepes sulung itu terkejut, dari dalam lubang kayu itu muncul kepala manusia, hampir saja kapaknya mengenai kepala itu. dengan terkejut ia memperhatikan kepala manusia yang telah muncul seluruhnya itu. lalu bertanya. “ siapa gerangan ini hai manusia? Rupamu sangat begitu aneh.”
Kebetulan kepala yang dilihat tercepes itu adalah kepala Ker. Dengan senyum Ker menjawab pertanyaan tercepes itu. “ saya adalah tamu saudara, lebih baik kamu memperkenalkan diri lebih dulu, sebelum saya memperkenalkan diri.”
Lalu si wanita tercepes itu memperkenalkan dirinya. ‘ saya adalah Tar, saya mempunyai beberapa orang adik. Mereka sedang mencari ulat sagu ke dusun sagu sana. Kami membelah kayu untuk dijadikan kayu bakar.”Ker pun mulai tau kalau wanita-wanita itu adalah kakak beradik.
Oh kalau begitu kamu tidakm sendirian. Berapa jumlah adik-adikmu? tanya Ker, seakan-akan tidak tau. “ kami semua ada enam orang, saya yang paling tua, adik-adik saya bernama Tarop, Bini, Moti, Naku, dan Babot.” Jelas Tar si tercepes sulung. Nama kalian bagus-bagus sama dengan wajah kalian. Kata Ker sambil tersenyum penuh arti.
Ketika Tar melihat Ker memandanginya terus menerus ia berkata. “ jangan melihat saya seperti itu, sekarang katakana siapa namamu dan cepat keluar dari tempat itu. adik-adik Ker yang dari tadi mendengar pembicaraan mereka saling berdesakan. Mereka ingin melihat wajah Tar lebih jelas. Kerena tingkah laku mereka demikian maka Ker terdorong keluar. Beberapa wajah mereka terlihat oleh Tar. Alangkah terkejutnya dia ketika dia tau bahwa Ker tidak sendirian. Melihat Tar agak bingung Ker berusaha menenangkannya dengan berkata.
“Sekarang kamu tau kalau saya tidak sendirian, nama saya Ker dan itu adalah adik-adik ku.” Wajah Tar kembali berubah jadi cerah ketika ia tau bahwa adik Ker semuanya laki-laki. Kemudian ia memohon agar Ker dan adik-adiknya keluar dari lubang kayu ia akan kembali melanjutkan membelah batang kayu itu. alangkah girangnya hati Tar. Ia akan mengajak Ker dan adik-adik nya kerumahnya. Ia akan membuat kejutan pada adik-adiknya , demikian juga pada orang-orang sekampungnya. Sepanjang sejarah di kampung mereka belum pernah ada laki-laki perjaka menjadi suami seorang gadis.
Maka Ker dan adik-adiknya yang juga telah tertarik pada Tar dan adik-adiknya pergi bersama ke kampung Tar. Rupanya seorang adik Ker tertinggal karena tertidur. Mereka hanya berjumlah lima orang. Setibanya di rumah Tar menyembunyikan ke lima laki-laki itu di dalam gulungan tikar masing-masing adiknya. Ia membagi kelima laki-laki itu. sesuai dengan umur yang berurutan.
Hari telah petang ketikan adik-adik Tar tiba di rumah. Mereka telah kembali dari hutan sagu dengan membawa ulat sagu yang telah di kumpulkan. Juga masing-masing dari mereka membawa seikat kayu yang ditinggalkan Tar di tempat membelah kayu tadi. Setiba di rumah mereka sangat lelah. Setelah meletakkan bebannya yang terdiri dari sebungkus ulat sagu dan seikat kayu di pinggir perapian, mereka lalu pergi ketempat masing-masing untuk beristirahat. Ketika tikar mereka di buka untuk digelar, maka para tercepes itu terperanjat. Dari dalam gulungan tikar itu muncul laki-laki, mula-mula para tercepes itu ketakutan dan bingung, tapi setelah mendapat penjelasan dari Tar, maka mereka sangat gembira. Kecuali adik yang bungsu, ia merasa kecewa dan iri hati. Tercepes bungsu itu menangis terisak-isak ia sangat merasa terhina dalam keluarga itu. padahal kenyataannya dialah yang paling cantik.
Semalam suntuk tercepes bungsu yang bernama Babot itu tidak dapat memejamkan mata. Ia berharap agar malam itu cepat bertukar siang, ia ingin pergi cepat dari rumah itu. keesokan hari ketika matahari mulai turun menerangi bumi, ia telah bangun, ia bersiap-siap mengambil kapaknya lalu pergi mencari kesibukan untuk menghilangkan rasa kecewa dan kesedihannya. Kayu bakar belum terangkut semua. batang kayu pun belum terbelah seluruhnya. Bobot lalu ke tepi sungai ia pun tiba di batang kayu itu.
Kemudian ia mulai membelah batang kayu itu. suara kapaknya menggema di pagi buta. Bunyi kapak serta getaran kayu yang dibelah Babot telah membangunkan seorang adik Ker yang tertidur di situ sejak kemarin. Ketika Beiribit membuka matanya ia tidaka melihat siapapun, mula-mula ia berfikir bahwa kakak-kakaknya akan menganiayanya.
Beberapa saat ia berusaha menerka keman gerangan kakak-kakaknya pergi. Perlahan-lahan ia bangkit, lalu mengintip dari lubang batang kayu. Ia melihat seorang perempuna sedang memotong dan membelah batang kayu. Lalu ia memberanikan diri keluar dari lubang batang kayu itu dan bertanya dengan sopan nya pada Babot.
“ hai, perempuan mengapa sepagi ini kau membelah kayu?suara kapak mu telah membangunkan aku dari tidur ku.
Beberapa saat Babot terkejut. Ia heran melihat Beirbit yang berdiri di hadapnnya. Ia berfikir, dari mana gerangan orang ini datang? Tanpa disadarinya lelaki itu telah berdiri dihadapannya. Melihat Babot agak terkejut dan bingung, Beirbit kemudian berkata lagi. “Mari saya tolong membelah kayu itu.”
Setelah mendengar Beirbit berkata demikian, barulah Babot merasa tenang. Ia sangat gembira Beirbit adalah seorang lelaki yang sejak kemarin didambakannya. Tercepes bungsu itu mulai tersenyum, ia lalu menceritakan tentang kakak-kakaknya yang sangat beruntung. Mereka mendapat teman hidup dan akan tinggal terus menjadi suami istri. Kemudian ia memohon agar Beirbit mau mengikuti dia pulang ke rumah. Lalu pemuda itu membantunya membawa pulang kayu bakar.
Setibanya mereka di rumah kakak-kakak Babot dan kakak-kakak Beirbit sangat tercengang. Mereka melihat keduanya datang beriringan, mereka kagum melihat pasangan muda-mudi yang serasi itu. Babot lebih cantik dari kakak-kakaknya begitu pula dengan Beirbit yang lebih tanpan dari kakak-kakak nya. Akhirnya Ker dan saudara-saudaranya dapat hidup bersama. Mereka memperistrikan wanita-wanita yang juga bersaudara, mereka hidup bahagia selama bertahun-tahun dan memperoleh keturunan dari hasil perkawinanan itu. (Bersambung)
Sumber :
http://tabloidjubi.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment